Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Etika dan Moralitas Kedokteran (part 1)

Moralitas adalah pandangan tentang kebaikan atau kebenaran dalam  masyarakat hidup, yang merupakan hukum dasar dari kehidupan bermasyarakat yang menunjukkan prilaku yang sesuai dengan kebiasaan atau perjanjian rakyat yang telah diterima sesuai nilai dan pandangan diterima umum mengenai perbuatan hidup5. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Moral adalah baik buruk yang, sikap, kewajiban yang berhubungan dengan akhlak, budi pekerti, dan susila. Moralitas dapat juga disebut sebagai suatu kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, disiplin; yang merupakan suatu isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan. Hal lain dari Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bahwa Moralitas adalah suatu hal yang mempunyai pertimbangan baik dan buruk, atau sesuatu yang menggambarkan berakhlak baik sert sopan santun [6].

Etika adalah ilmu yang membahas tentng Moralitas, atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan Moalitas. Cara lain untuk merumuskan hal yang sama adalah bahwa Etika merupakan ilmu yang menyelidiki tentang tingkah laku moral. Tetapi perlu ditekankan ada pelbagai cara untuk mempelajari Moralitas atau pelbagai pendekatan ilmiah tentang tingkah laku Moral. Di sini kita mengikuti pembagian atas tiga pendekatan yang dalam konteks ini sering diberikan, yatu etika deskriptif, etika normaif dan metaetika [7].

    Etika Deskriptif


Etika Deskripsi berciri melukiskan secara deskriptif tentang moral dalam arti luas, tanpa memberikan penilaian. Contoh dalam Etika Deskriptif adalah  misalnya adat kebiasan, anggapan anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Etika deskriptif mempelajari moralitas yang terdapat pada individu, kebudayaan,  atau sub kultur tertentu, dalam satu periode sejarah dan sebagainya. Etika Deskriptif biasa ditelaah oleh ilmu-ilmu sosial: antropologi budaya, psikologi, sosiologi, sejarah, dan sebagainya, meskipun tidak dipakai istilah “Etika Deskriptif”.

    Etika Normatif


Etika Normatif merupakan bagian terpenting dari Etika. Pada pembahasan tentang Etika Normatif berlansung diskusi-diskusi yang  paling menarik tentang masalah-masalah moral dan perilaku manusia. Pada Etika Normatif tidak lagi melukiskan adat yang pernah terdapat dalam kebudayaan di masa lalu, tapi melakukan peninjauan tentang penolakan adat, karena dinilai bertentangandengan martabat manusia.

Etika Normatif dapat dibedakan kembali menjadi Etika Umum dan Khusus:


2.1  Etika Umum


Etika Umum menitik beratkan norma etis, nilai dan kekhususan moral, tanggung jawab manusia dan kebebasannya, hak dan kewajiban.

2.2  Etika Khusus


Etika Khusus berusaha menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum atas wilayah perilaku manusia yang khusus. Etika khusus itu premis normatif dikaitkan dengan premis faktual untuk sampai pada suatu kesimpulan etis yang bersifat normatif. Kini tradisi ini kerap kali dilanjutkan dengan memakai suatu nama baru, yaitu “Etika terapan” (applied ethics).

    Metaetika


Metaetika seolah-olah bergerak dalam taraf yang lebih tinggi daripada perilaku etis, yaitu pada taraf “Bahasa Etis” atau bahasa yang kita gunakan di bidang moral. Dapat dikatakan juga bahwa metaetika mempelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis. Dipandang dari segi tata bahasa, rupanya kalimat-kalimat etis tidak berbeda dari kalimat-kalimat jenis lain, khususnya kalimat-kalimat yang menggunakan fakta, tetapi studi lebih mendalam dapat menunjukkan bahwa kalimat-kalimat etika mempunyai ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh kalimat-kalimat lain.

Bagan yang dikutip dari Samsi Jacobalis ini menyatakan bahwa adanya keeratan dan keterkaitan antara moral dan etika; dari ajaran Moral hingga kode etik [3].


    1.    Ajaran Moral 

Ajaran agar manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik


    2.      Moral


Sistem Nilai tentang perbuatan manusia yang dianggap baik/ buruk, benar/ salah, pantas atau tidak pantas


    3.      Falsafah moral


Falsafah yang mencari penjelasan mengapa perbuatan tertentu dinilai baik/ benar/ patas atau tidak

    4.      Teori Etika 


Kerangka untuk berpikir yang disusun oleh filsuf tertentu untuk memberi pembenaran mengapa suatu perbuatan dinilai baik dari pendekatan moral


    5.      Asas-asas Etika


Asas-asas yang diturunkan dari teori-teori etika sebagai kaidah kaidah dasar moral manusia


    6.      Airan Aturan Etika


Seperangkat Norma atau pdoman untuk mengatur perbuatan, berupa amar dan larangan yang disasarkan paa asas asas dan etika


    7.      Kode Etik Profesi


Seperangkat pengetahuan Etika yang khusus berlaku untuk semua anggota asosiasi profesi tertentu sebagai konsensus bersama, yang memuat amar dan larangan yang wajib ditaati oleh semua anggota dlaam menjalankan profesi.

Atribut tradisional dikaitkan dengan penyembuh non medik ditampilkan dalam lingkaran tangan kiri dan sedangkan yang merupakan tenaga kesehatan profesional di sebelah kanan. Seperti dapat dilihat, ada atribut yang unik untuk setiap peran. Kedua bagian tersebut memiliki daerah yang berkembang bersama dari lingkaran. Ini daftar atribut yang diambil dari literatur dalam penyembuhan dan profesionalisme [8].

Profesi medis moderen terdiri dari dokter secara individu, organisasi profesi, serta institusi. Ada suatu interaksi dinamis antara mereka yang menghasilkan sikap seorang dokter, dan berbagai isu penting. Masyarakat terdiri dari pasien dan masyarakat umum, yang selalu memiliki interaksi dinamis institusi, dan pemerintah. Pemerintah terdiri dari unit pelayanan masyarakat, dan kepala pemerintahan. Pengaruh eksternal yang dapat memiliki dampak besar adalah sistem perawatan kesehatan nasional yang spesifik untuk masing-masing negara, kerangka peraturan, dan  media. (Gambar.2) Profesionalisme berfungsi sebagai dasar hubungan kedokteran dengan masyarakat secara keseluruhan, pasien/ komponen masyarakat dan pemerintah [9].

Kolb dan Fry telah memberikan deskripsi siklus belajar yang menyorot pengalaman dalam peran proses pembelajaran. Secara khusus, mereka mendeskripsikan  bagaimana pengalaman yang diterjemahkan ke dalam sebuah konsep. Dalam model ini di sebuah bagan, yang harus dipertimbangkan dalam desain semua peristiwa instruksional; bahwa pembelajaran dipandang sebagai siklus empat tahap . Pengalaman langsung adalah dasar untuk observasi dan refleksi: observasi yang berasimilasi ke dalam teori pribadi, dari mana implikasi baru untuk tindakan dapat dikurangkan: dan semua langkah ini pada akhirnya mengarah pada pengalaman baru. Seorang pelajar membutuhkan kesempatan untuk mengalami setiap langkah siklus belajar. Artinya, mereka membutuhkan kemampuan untuk mengalami situasi yang, mengembangkan dan merefleksikan apa yang telah mereka pelajari (sering dalam sesi kelompok besar),  mengembangkan teori mereka sendiri dan pemahaman tentang dunia, dan pengalaman baru. Perhatian terhadap siklus pengalaman belajar akan memfasilitasi baik pengajaran dan pembelajaran proffesionalism dan memastikan bahwa gaya belajar yang berbeda adalah rasa hormat dan dipelihara.

Klik : Part 2

Kepustakaan :


  3. Jacobalis S. Hubungan Dokter Pasien. Dalam: Perkembangan Ilmu Kedokteran, Etika edis dan Bioetika. Sagung Seto – Universitas Taruma Negara. Jakarta. 2005.

  6. Kamus Besar Bahasa Indonesia

  7. Bertens K. Etika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Cetakan ke 11. 2011. 13-25.

  8. Cruess R, Cruess S, Sleinert Y.The Cognitive Base of Professionalism: From Rhetoric to Reality. In Teaching Medical Professionalism. Ed:Cruess R, Cruess S, Steinert Y. Cambridge, New York, Melbourne, Madrid, Cape Town, Singapore, Sao Paulo. Delhi. 2009 P.13

  9. Cruess R, Cruess S, Sleinert Y. Who is to be Taught: From Rhetoric to Reality. In Teaching Medical Professionalism. Ed:Cruess R, Cruess S, Steinert Y. Cambridge, New York, Melbourne, Madrid, Cape Town, Singapore, Sao Paulo, Delhi.(2009) P.20

Post a Comment for "Etika dan Moralitas Kedokteran (part 1)"